Sunday, July 10, 2011

return to paradise#2

Posted by ammie at 12:06 AM
Pukul tujuh aku masih asik bergulung dengan selimut. Maklum udara yang dingin ditambah badan yang masih letih sehabis perjalanan yang menyita kurang lebih 2 hari.
Aku lupa hari ini berkunjung kerumah keluarga papa.
Mama seperti biasa telah menyiapkan segala sesuatunya. Itulah kenapa kalau ada mama aku tak bisa mandiri. Mama orang yang sigap dan gerakannya cepat.Usia tidak memudarkan kebiasaanya itu. Aku yang memamfaatkan kemanjaan yang sempat ku sesap dulu mulai menikmati saat seperti ini lagi. Mama memang paling the BEST.


***
Kampungku digemparkan oleh kabar tak sedap. Kali ini tentang seorang gadis yang katanya hamil diluar nikah. Berita ini seperti sambaran kilat dan petir, cepat sekali menyebar.
Desas-desus semakin tak mengenakkanku,apalagi sejak aku tau siapa selebriti yang sedang ramai dibicarakan itu.
Rina. Itulah nama gadis malang itu. Yang tiada lain adalah teman TK-SMPku.

Rina adalah sosok yang periang, giat dalam belajar.
Ia berasal dari keluarga yang sederhana, ayahnya seorang petani. Ia anak sulung dari empat bersaudara. Rambutnya pirang, matanya bulat, hitam manis.
Selama aku berteman ia tidak pernah mau kami berkunjung kerumahnya, katanya rumahnya jelek.
Suatu ketika aku dan Mega(teman ku juga) memutuskan untuk pergi kerumah Rina tampa sepengetahuannya.
Setelah berjalan berapa kilo kami tiba di depan sebuah rumah panggung berbahan papan dan seng, disekelilingnya ditumbuhi rumput-rumput liar.
"meg, kamu yakin ini rumahnya?"
"Iya, aku yakin"
Tak lama seorang anak kecil berambut pirang membuka pintu sambil menangis.
disusul oleh seorang wanita setengah baya.
"Mak bilang juga apa!!! Jangan nakal makanya!!" Wanita itu memarahi sambil memukul anak kecil itu.
Tampaknya ia menyadari ada yang memperhatikannya sedari tadi. Matanya yang bulat menatap kearah kami.
"Maaf bu, rinanya ada??" Aku gugup sekali.
"nggak ada, mau ngapain?"
"Mau maen aja" Mega memberanikan diri menjawab.
"Rina lagi bantu bapaknya di ladang, jadi nggak ada waktu buat main-main seperti kalian, mendingan sekarang kalian pulang saja". lalu iapun meninggalkan kami yang masih mematung dengan wajah pucat.

Sejak kejadian itu aku tidak pernah lagi berniat untuk kerumah Rina.
Di sekolah Rina sedikit minder dengan teman-teman yang lain, karena kulitnya hitam dan miskin, ia merasa berbeda dengan teman-temannya.
Tapi bagiku Rina mempunyai semangat belajar yang tinggi. Rina teman yang menyenangkan.

Setelah lulus SD kami melanjutkan SMP yang sama walaupun beda kelas, tapi kami selalu berangkat dan pulang bersama. Dia yang riang, polos dan apa adanya.
Lulus SMP aku pindah ke Jakarta dan kami benar-benar loss contak.
Aku dengar kabar dari mama, setelah lulus SMA Rina tidak melanjutkan kuliah, ia bekerja. Tapi aku tidak tau persis dimana, dan katanya lagi ia dipekerjakan disebuah daerah dan nggak dibolehin pulang. Selama tujuh bulan ia menghilang. Keluarganya sudah berusaha mencari informasi tapi tak ada hasil.
Dan di bulan ke delapan ia pulang dengan sehat. Hanya saja ia terlihat ketakutan, trauma. Ia jadi pemurung dan jarang keluar rumah.
Aku yang hanya pulang setahun sekali, tidak begitu tau apa yang terjadi dengan temanku itu.
Tapi aku dapat merasakan bagaimana penderitaan yang ia alami.
Cobaan tak henti di situ. Setahun yang lalu ia di ajak bekerja di salah satu restoran.
Rina yang polos dan apa adanya.
Dia hamil. Tapi aku yakin Rina teman ku masih yang dulu, ada pihak yang mungkin memamfaatkan kepolosannya.
Entah,,, aku tak mampu berbuat apa-apa.. :(

***
Suara mama menyentakkan ku.
"Katanya mau kerumah papa". Mama ku lihat telah berkemas.
Aku masih saja bermalas-malas di temapt tidur.
"Tapi ma, sebelum kerumah papa kita kerumah Rina ya ma??" Pintaku.
"Yasudah, ayo mandi sana..".

***
Aku dan mama menyusuri jalan menuju rumah rina. Tapi diperjalanan aku rasa ada yang aneh.
"Mah,,, ini kan bukan arah rumah Rina kan??"
"Iya, Rina kan udah nggak tinggal di rumahnya dulu"
"Trus dimana ma??"
"Dirumah mba yuk, kakak mamanya".
"Loh,,, emang rumahnya kenapa ma??"
"Kan udah lama nggak ditempatin, udah mau roboh gitu, nggak diurus,,"
"Trus adik-adiknya kemana??"
"Ya tinggal di rumah saudara mamanya".

Tak terasa kami sampai ditempat yang dimaksud.

Assalamu'alaikum...
Seorang wanita membalas salam kami.
Terlihat wanita berambut pirang sebahu dengan perut membuncit.
Mengenakan baju ketat sehingga perutnya tertekan(ketat karena perutnya semakin membuncit dan ia tak mampu membeli baju hamil) dan celana panjang lusuh.
Air mataku tak terbendung. Aku langsung memeluknya.

Ia tersenyum, walau aku tau dibalik mata bulatnya ada segores luka.
Ia tampak tegar.
"Kapan kamu tiba nak". Mama memulai pembicaraan.
"Kemarin bu".
"Trus kapan kamu nikahnya?"
" Rencana besok bu, nggak dirayain cuma ke KUA aja".
Untungnya yang menghamilinya bertanggung jawab dan akan menikahi Rina.

Setelah berbincang-bincang sebentar kami pamit, karena harus ke rumah papa.
Diperjalanan aku melihat mama menangis.
"Ma,,, kenapa??"
Mama menatapku, seperti ada kegundahan dihatinya.
Dengan terbata ia berkata
"Mama kasian ngeliat Rina, mama ngebayangin kalo itu kamu... Mama nggak tau apa jadinya mama kalo kamu yang seperti itu, mama mungkin gila..."
Aku memeluk mama erat.
"Ma,,,, doain airin ya ma,, semoga Allah selalu jaga Airin, dan Airin akan berusaha nggak akan ngecewain mama".
"Makanya jaga diri kamu ya nak, jangan bikin malu mama dan keluarga kita". Mama melepas pelukan ku sembari menyeka bulir embun yang mengenangi wajahnya.
"Kamu nggak mau kan kita jadi gunjingan orang,,,"
Aku menghela nafas.
"Ya Allah jangan biarkan aku melakukan hal yang membuat mama sedih, kecewa dan menderita, izinkan aku membahagiakan mama sampai nyawa ini berpulang pada-Mu.
Untuk temanku Rina, semoga ia diberi kekuatan melewati cobaan ini, YaAllah berikanlah Rina kehidupan yang lebih baik, aku tau ujian itu Kau beri karena kau menyayanginya. Ya Allah bahagiakanlah orang-orang yang pernah membahagiakanku".
Semoga Allah mendengarkan pinta ku ini.

0 comments:

 

_piece of nightstory_ Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea